PENGEMBANGAN MODUL
TEMATIK BERBASIS KEPRAMUKAAN
Mar’atul
Fitriayu Azizah1, Arief Rahman Hakim2
Universitas
Kanjuruhan Malang
fitriayumerry@gmail.com
Abstract: This research is motivated by the enactment of the
2013’s curriculum which has constraints such as learning and teaching materials
that are less interesting and enjoyable, so it needs to be introduced to
students through interesting and fun learning and teaching materials such as
scouting, because it considered as a learning tool effective and fun. The
purpose of this study was to produce a module and find out the feasibility and
practicality of scout-based thematic modules for grade IV elementary school
students. This research is a type of research or development (R & D) that
uses the ADDIE model (Analysis, Design, Development, Implementation and
Evaluation). The results of this study are according to the ADDIE model, namely
module development, module feasibility and the practicality of the module.
Development includes ways to develop and evaluate products. The feasibility of
the module is seen from the stages of development, namely the assessment of
module experts, thematic material experts and scout material experts. The
practicality of the module is carried out at the implementation stage to
prospective users and students.
Keyword:
Thematic module, Scouting,
Elementary School
Abstrak : Penelitian ini dilatar belakangi dengan diberlakukannya
kurikulum 2013 yang penerapannya memiliki kendala seperti pembelajaran dan
bahan ajar yang kurang menarik dan menyenangkan, sehingga perlu diperkenalkan
kepada peserta didik melalui pembelajaran dan bahan ajar yang menarik dan
menyenangkan seperti halnya kepramukaan, karena kepramukaan dianggap sebagai sebagai sarana belajar
yang efektif dan menyenangkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk
menghasilkan modul dan
mengetahui kelayakan serta kepraktisan modul tematik berbasis kepramukaan pada
siswa SD kelas IV. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research
& Development (R&D) yang menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation dan Evaluation). Hasil penelitian ini sesuai
model ADDIE yaitu pengembangan modul, kelayakan modul dan kepraktisan dari
modul. Pengembangan mencakup cara mengembangkan
hingga mengevaluasi produk. Kelayakan modul dilihat dari tahapan pengembangan,
yaitu penilaian ahli modul, ahli materi tematik dan ahli materi kepramukaan.
Kepraktisan modul dilakukan pada tahapan implementasi kepada calon pengguna dan
peserta didik.
Kata kunci: Modul
Tematik, Kepramukaan,
Sekolah Dasar
PENDAHULUAN
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) merupakan jenjang pendidikan dasar pada lembaga pendidikan
formal dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada
pasal 17 ayat 2 menyebutkan bahwa Pendidikan Dasar berbentuk SD dan MI atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. SD merupakan lembaga yang sangat penting bagi
peserta didik, karena dalam jenjang pendidikan ini merupakan masa penanaman
karakter dimana SD adalah sarana yang dapat meneruskan atau menggantikan
keluarga dalam mempelajari karakter anak. Hal ini selaras dengan Jalaluddin dkk
(2011: 218) yang menyebutkan “Institusi pendidikan, sejak Play Group, Raudhatul
Athfal (RA), Madrasah, Sekolah hingga Perguruan Tinggi (PT) merupakan suatu
institusi pendidikan yang bersifat artifisial. Keberadaannya dilaksanakan
karena kebutuhan sebagai petunjuk peran keluarga, institusi pendidikan
diharapkan dapat mengambil alih peran dan tanggungjawab keluarga”.
SD saat ini telah banyak yang
menggunakan kurikulum 2013. Menurut Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) nomor 355/KEP/D/KR/2017 tentang Penetapan Satuan
Pendidikan Pelaksana Kurikulum 2013 Secara Mandiri, tercatatat sebanyak 783 SD
telah ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum 2013. Sedangkan menurut Surat Keputusan
Kemendikbud nomor 252/KEP.D/KR/2017 tentang Penetapan Satuan Pendidikan
Pelaksana Kurikulum 2013 Secara Reguler, tercatat sebanyak 51.654 SD di seluruh
Indonesia telah ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 tidak hanya membuat
gebrakan baru (berbeda dengan kurikulum sebelumnya) yang berbasis lingkungan
dan dipetakan berdasarkan tema. Namun dalam implementasinya pelaksanaan
kurikulum ini juga merangkul ekstrakurikuler wajib, yaitu kepramukaan sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) nomor 63
tahun 2014. Menurut Kahono (2010: 29) pramuka dapat diartikan sebagai
cara belajar interaktif progresif melalui dua cara, yaitu pengamalan kode
kehormatan pramuka dan aktifitas atau kegiatan di alam terbuka. Artinya Pramuka juga
dapat diartikan sebagai sarana belajar pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan untuk digunakan oleh kaum muda terutama peserta didik yang masih
dalam usia SD. Mengingat
peserta didik SD membutuhkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan seperti
halnya kepramukaan.
Dewasa ini, dalam pembelajaran
kurikulum 2013 telah banyak yang menggunakan modul sebagai bahan ajar. Modul
merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri
oleh peserta didik. Menurut Direktorat Jendral Pengembangan Mutu Pendidikan dan
Tenaga Pendidikan, (2008: 3) menyebutkan pengertian modul yaitu “Modul disebut juga media untuk
belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar
sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran
pengajar secara langsung.”
Berdasarkan pengamatan
pertama yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 Mei 2017 di SD Bandungrejosari
03 Kota Malang bersamaan dengan kegiatan observasi dan uji coba soal dalam mata
kuliah Evaluasi Belajar Siswa, peneliti mendapatkan hasil yaitu kurikulum yang
digunakan pada SD tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013 dan guru
beranggapan bahwa pembelajaran sesuai dengan buku siswa dan buku guru telah
cukup untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pada tanggal 12 Mei 2018 peneliti melakukan
observasi yang kedua bersamaan dengan kegiatan membina Ekstrakurikuler Wajib
Kepramukaan di SD tersebut. Hasil yang didapatkan peneliti dari observasi
tersebut ialah banyak guru yang belum menggunakan kekreatifitasannya untuk
berinovasi dalam pembelajaran, tidak menggunakan model pembelajaran yang
menyenangkan sehingga membuat peserta didik kurang senang saat belajar di
kelas, seluruh kegiatan dan contoh masih terpaku pada buku siswa dan buku guru.
Peneliti mendapati bahwa peserta didik sangat ramai dan sulit untuk diatur
ketika guru tidak menggunakan model, improvisasi dalam mengajar dan segala
contoh masih terpaku pada buku siswa tanpa menggunakan inovasi. Peneliti juga
melakukan wawancara singkat dengan Ibu Mu’awanah selaku Guru Kelas IV-B. Beliau
menjelaskan bahwa pihak sekolah belum pernah mengembangkan modul pembelajaran
tematik untuk siswa kelas IV.
Selain melakukan observasi
lapangan serta wawancara, pada hari tersebut peneliti juga meninjau beberapa
Buku Siswa serta melakukan wawancara singkat dengan peserta didik. Hasil
tinjauan buku serta wawancara singkat tersebut yaitu di dalam buku-buku ada
beberapa tugas yang mewajibkan peserta didik untuk mencari referensi lain untuk
mengerjakan tugasnya, seperti peserta didik yang diinstruksikan untuk mencari
artikel dari internet tentang motif batik, pengertian istilah-istilah asing,
hingga jenis-jenis penyakit. Meskipun hal demikian akan membuka wawasan baru
bagi peserta didik, namun beberapa peserta didik lebih memilih menghentikan
atau menunda untuk mengerjakan tugasnya. Beberapa siswa pun beranggapan bahwa
Buku Siswa yang mereka pergunakan tersebut kurang lengkap karena mereka masih
harus mencari bahan ajar lainnya dan mereka merasa sedikit kesulitan.
Untuk mengatasi permasalahan yang muncul tersebut maka
dibutuhkan bahan ajar yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk membuat
pembelajaran di sekolah menjadi menarik, menyenangkan, inovatif serta komplit
salah satunya yaitu dengan pemberian modul yang bersifat mandiri dan
kontekstual yang didalamnya diberikan aktivitas-aktivitas yang menuntut siswa
untuk aktif, kreatif sekaligus mengorientasikan pendidikan kepramukaan sesuai
dengan kurikulum 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengembangkan
modul dan mengetahui kelayakan serta kepraktisan modul tematik berbasis
kepramukaan pada siswa SD kelas IV yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian ini kriteria kelayakan dikatakan cukup layak apabila nilai hasil angket
mendapatkan presentase 56%-75% dan dapat dikatakan layak apabila nilai hasil
angket mendapatkan presentase 76%-100%. Kriteria
kepraktisan dikatakan baik apabila nilai hasil angket
mendapatkan presentase 66%-79% dan dapat dikatakan sangat baik apabila nilai
hasil angket mendapatkan presentase 80%-100%.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian pengembangan yang mengadaptasi model pengembangan
ADDIE. Tahapan yang harus dilakukan peneliti meliputi analisis, desain,
pengembangan, dan implementasi.
Adapun langkah-langkah pengembangan yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: Tahap pertama
yaitu Analysis (analisis) meliputi analisis kurikulum, analisis
karakteristik peserta didik, dan analisis pemanfaatan bahan ajar. Kurikulum yang digunakan di adalah
kurikulum 2013. Materi yang diambil adalah materi kelas IV semester I tema 4
Subtema 1 Pembelajaran 4. Tema pada kelas IV adalah berbagai pekerjaan dan
subtema 1 adalah jenis-jenis pekerjaan. Tema tersebut sesuai dengan Buku Siswa
yang digunakan dalam pembelajaran. Analisis
karakteristik peserta didik dilakukan berhubungan dengan pengembangan bahan
ajar berupa modul. Hasil analisis yang telah dilakukan peneliti adalah peserta
didik SD yang diteliti cukup aktif dan terkadang tiba-tiba bosan saat menerima
materi pembelajaran. Analisis bahan ajar, dimana pembelajaran
paling banyak dilakukan secara konvensional. Dimana peserta didik cenderung
bosan karena lebih banyak menggunakan buku siswa tanpa refrensi lain. Selain
itu, peserta didik masih banyak yang pasif dalam pembelajaran.
Tahap
ke-dua yaitu Design
(desain). Pertama, desain tampilan bahan ajar
meliputi pemilihan konten-konten yang akan ditampilkan dalam modul yaitu berupa
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran tematik,
pengetahuan kepramukaan, game, soal evaluasi serta kunci jawaban, pengurutan
konten-konten, cover depan dan
belakang. Kedua, menentukan komponen dan menyusun materi. Komponen
yang diperlukan dalam pembuatan modul antara lain gambar, teks, warna yang
disusun menggunakan aplikasi Microsoft
Office Word 2010 dan Corel Draw X7.
Materi yang akan ditampilkan yaitu materi kelas IV semester I tema 4 “Berbagai
Pekerjaan” subtema 1 “Jenis-jenis pekerjaan” edisi revisi tahun 2017. Ketiga, instrumen disusun untuk
mengevaluasi bahan ajar yang telah dibuat. Penyusunan instrumen berdasarkan
aspek-aspek yang disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada penyusunan
bahan ajar dan tujuan masing-masing angket.
Tahap
ke-tiga yaitu Development (pengembangan). Dalam
tahap pengembangan ini, peneliti mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing,
serta review dari ahli pembelajaran
tematik, ahli modul serta ahli kepramukaan sebelum diimplementasikan. Review dilakukan untuk memperoleh
penilaian mengenai bahan ajar yang telah dihasilkan. Hasil konsultasi dosen
pembimbing, review ahli pembelajaran
tematik, ahli modul dan ahli kepramukaan digunakan sebagai pedoman merevisi
produk tahap awal, sehingga produk layak di uji coba dilihat dari segi tampilan
dan materi.
Tahap ke-empat
yaitu Implement (implementasi). Pada
tahap implementasi ini, peneliti melakukan uji coba modul ke lapangan. Tahap
implementasi ini dilaksanakan di SDN Bandungrejosari 03 Malang pada kelas IV. Setelah melakukan ujicoba, maka dilakukan tahap yang terakhir,
yaitu Evaluate (evaluasi) yaitu peneliti melakukan evaluasi atau
beberapa perbaikan atas saran dan kritik dari calon pengguna.
Pengembangan
produk awal yang telah dibuat harus dilakukan uji validasi dengan melibatkan
ahli modul, ahli materi dan ahli kepramukaan. Uji validasi dilakukan untuk
mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki oleh peneliti dalam mengembangkan
modul berbasis kepramukaan. Produk
yang telah melalui tahap validasi dan dinyatakan valid, maka produk tersebut
siap untuk diujicobakan.
Uji
coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan tingkat kevalidan produk yang dihasilkan. Desain uji coba modul dalam penelitian
pengembangan ini dilakukan melalui uji lapangan
terbatas. Pada uji lapangan terbatas ini dilakukan di SDN
Bandungrejosari 03 Malang. Sebelum dilakukan uji lapangan terbatas di SD
tersebut, modul divalidasi oleh ahli modul, materi, bahasa, kepramukaan dan
guru kelas IV. Setelah hasi uji tersebut dinyatakan valid, peneliti langsung
melakukan uji coba ke SDN Bandungrejosari 03 Malang. Selama uji coba peneliti
juga melakukan penilaian lembar observasi yang dibantu oleh guru kelas IV serta
peserta didik juga mengisi angket yang diberikan oleh peneliti.
Subjek
dari penelitian dan pengetahuan ini melibatkan 4 subjek uji coba meliputi Subjek uji coba materi adalah
dosen ahli materi tematik berjumlah 1 dosen tematik, tujuannya sebagai subjek
validator yang memberikan evaluasi berupa tanggapan dan komentar terhadap
materi. Ahli materi yang dipilih peneliti adalah Ibu Nury Yuniasih selaku dosen
di Universitas Kanjuruhan Malang. Subjek
uji coba ahli modul adalah dosen yang berpengalaman dalam bahan ajar berupa
modul karena sebagai subjek validator yang memberikan evaluasi berupa tanggapan
dan komentar terhadap modul. Ahli modul yang dipilih peneliti adalah Ibu Denna
Delawanti selaku dosen di Universitas Kanjuruhan Malang. Subjek uji coba ahli kepramukaan adalah pelatih yang
berpengalaman dalam kepramukaan karena sebagai subjek validator yang memberikan
evaluasi berupa tanggapan dan komentar terhadap modul dalam konteks
kepramukaan. Ahli kepramukaan yang dipilih peneliti adalah Bapak Djuli
Arifianto selaku Ketua Pramuka di Sukun, Kota Malang. Subjek uji coba yang digunakan
peneliti ada 2 yaitu: (1) Guru kelas IV-B SDN Bandungrejosari 03 sebanyak 1
orang, bernama Ibu Mu’awanah, S.Pd,SD (2) Subjek uji coba terbatas adalah
peserta didik kelas IV-B SDN Bandungrejosari 03 sebanyak 9 peserta didik.
Jenis data
dalam pengembangan ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang
menunjukkan kulitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses,
peristiwa, kejadian, dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau
berupa kata-kata (Widoyoko, 2012: 18). Data kualitatif ini berupa saran,
masukan yang diberikan oleh ahli materi, ahli modul dan ahli kepramukaan
sebagai validator, serta guru peserta didik sebagai pengguna modul. Data kuantitatif merupakan data yang
berwujud angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran. Data kuantitatif
bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang (Widoyoko, 2012:
21). Data kuantitatif ini berupa skor penilaian yang diberikan oleh ahli materi
dan ahli modul pada lembar penilaian kevalidan serta kepraktisan bahan ajar
modul.
Penelitian
ini dilaksanakan pada Mei 2018 pada Tahun Ajaran 2017-2018 semester genap di SDN Bandungrejosari Sukun 03 Kota
Malang.
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden (Sugiyono, 2010:199). Angket yang digunakan dalam
penelitian pengembangan ini menggunakan skala likert dengan kriteria (1) sangat tidak baik, (2) tidak baik, (3)
baik, (4) sangat baik.
Wawancara
dilakukan untuk mendapatkan informasi sebagai studi pendahuluan dalam menemukan
permasalahan dan kebutuhan di lapangan. Peneliti menggunakan wawancara tidak
terstruktur, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun
secara sistematis dan lengkap. Pada penelitian ini, peneliti berusaha
mendapatkan informasi mendalam tentang responden. Wawancara dilakukan oleh
peneliti kepada guru kelas IV. Tempat wawancara di SDN Bandungrejosari 03 Kota Malang. Wawancara dilakukan pada saat
observasi mata kuliah dan selesai kegiatan ekstrakurikuler wajib pramuka di SDN
Bandungrejosari 03 Kota Malang.
Analisis
data pada tahap ini meliputi teknik analisis data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif berupa saran perbaikan modul oleh ahli materi,
ahli modul, ahli kepramukaan dan calon pengguna digunakan sebagai pedoman untuk
merevisi modul berbasis kepramukaan. Data
kuantitatif berupa skor penilaian oleh ahli materi, ahli modul, ahli
kepramukaan dan calon pengguna yang telah diisi pada angket validasi, dianalisis
dengan menggunakan skala likert.
Adapun bentuk skala untuk mempermudah responden berada diposisi mana terlihat
pada tabel 1
berikut :
Tabel 1.
Skala likert
No.
|
Pilihan jawaban
|
Nilai skala
|
1.
|
Sangat tidak baik
|
1
|
2.
|
Tidak baik
|
2
|
3.
|
Baik
|
3
|
4.
|
Sangat baik
|
4
|
(Sugiyono, 2009: 135)
Presentase
kelayakan modul didapat
dari 3 validator yang terdiri dari: ahli modul, ahli materi tematik dan ahli
kepramukaan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
kualitatif diperoleh dari saran dan komentar sebagai bahan perbaikan produk
oleh peneliti. Data kuantitatif berupa hasil validasi dengan teknik perhitungan
presentase kelayakan modul. Fungsi perhitungan untuk mengetahui peringkat nilai
akhir setiap butir yang bersangkutan. Perhitungan presentase kelayakan media
menggunakan metode yang di contohkan oleh Sugiyono (2009: 419).
Presentase (%) =
![]() |
Setelah seluruh presentase kelayakan dihitung, untuk
mengetahui seberapa layak bahan ajar tersebut digunakan, menggunakan tabel yang
dicontohkan pada tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 2.
Presentase Kelayakan
Presentase Pencapaian
|
Inteprestasi
|
76% - 100%
|
Layak
|
56% - 75%
|
Cukup layak
|
40% - 55%
|
Kurang layak
|
0 – 39%
|
Tidak Layak
|
Arikunto (2013: 284)
Menghitung rata-rata skor untuk menentukan
kepraktisan modul, dari respon calon pengguna (guru), dan respon peserta didik
cara penghitungannya sama seperti analisis kelayakan sebagai berikut.
Tabel 3. Konversi Skor Respon
Presentase (%)
|
Kriteria Kualitatif
|
80%-100%
|
Sangat Baik
|
66%-79%
|
Baik
|
56%-65%
|
Cukup Baik
|
40%-55%
|
Kurang Baik
|
30%-39%
|
Gagal
|
(Arikunto, 2009: 245)
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa permasalahan, yakni
(1) Guru
beranggapan bahwa pembelajaran sesuai dengan buku siswa dan buku guru telah
cukup untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (2) Banyak guru yang belum
menggunakan kekreatifitasannya untuk berinovasi dalam pembelajaran (3) Guru
tidak menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan (4) Seluruh kegiatan dan
contoh masih terpaku pada buku siswa dan buku guru. (5) Pihak sekolah belum pernah
mengembangkan modul pembelajaran tematik untuk siswa kelas IV. (6) Di dalam buku-buku siswa terdapat beberapa tugas yang mewajibkan
peserta didik untuk mencari referensi. (7) Beberapa peserta didik pun beranggapan bahwa
Buku Siswa yang mereka pergunakan tersebut kurang lengkap karena mereka masih
harus mencari bahan ajar lainnya
Berdasarkan hasil
observasi, terdapat permasalahan dari buku yang digunakan oleh peserta didik.
Oleh karena itu, peneliti membuat perencanaan untuk mengembangkan modul yang
berfungsi sebagai penunjang buku yang sudah ada. Modul yang dikembangkan berupa
modul tematik berbasis kepramukaan.
Modul yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah modul tematik berbasis kepramukaan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Modul memuat (1) halaman sampul, (2) prakata, (3) daftar isi (4) kompetensi inti,
kompetensi dasar, tujuan dan indikator (5) petunjuk penggunaan, (6) isi materi, (7) ice breaking, game,
yel-yel, (8) pengetahuan kepramukaan (do you know), (9) tes kompetensi, (10) daftar pustaka, (11) profil pengembang. Sementara itu, terdapat bagian tambahan
diluar modul berupa kunci jawaban seluruh soal yang dibuat khusus untuk guru.
Penelitian pengembangan dimulai dari tahap pertama yaitu
tahap analisis. Pada tahap analisis, peneliti menganalisis kurikulum,
karakteristik guru, karakteristik peserta didik serta bahan ajar. Kurikulum
yang digunakan pada SD yang diteliti telah menggunakan kurikulum 2013 yang mana
pembelajarannya tersaji dalam bentuk tematik, menggunakan buku siswa dan buku
guru yang diseragamkan oleh pemerintah serta menerapkan ekstrakurikuler wajib
pramuka. Karakteristik guru pada SD tersebut yaitu lebih banyak menggunakan
metode ceramah, guru lebih terfokus pada materi yang disampaikan dan hanya
menggunakan buku guru dan buku siswa. Karakteristik peserta didik pada saat
observasi yaitu beberapa peserta didik kurang aktif saat pembelajaran, cara
belajar berbeda-beda, lebih tertarik menggunakan media yang menarik,
menggunakan game menyukai belajar outdoor serta banyak yang merasa kesulitan
dalam pelajaran matematika. Bahan ajar yang digunakan di sekolah yang diteliti
adalah buku siswa dan buku guru yang diterbitkan dan diserahgambkan oleh
pemerintah.
Tahap yang kedua yaitu
tahap desain, dimana peneliti membuat produk berupa modul. Modul disusun dengan menggunakan Microsoft Office Word 2010 serta
Corel Draw X7 sebagai penunjang berupa aplikasi editing. Modul yang dirancang berisi materi disertai gambar, game dan soal latihan. Produk yang
dikembangkan oleh peneliti berupa sebuah modul yang berisi materi tematik
yangmana di dalamnya menggunakan metode serta nuansa kepramukaan. Modul
tersebut berisi soal dengan model yang berbeda dengan buku siswa pada umumnya.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih tertarik dan dapat belajar sambil
bermain seperti yang diterapkan dalam kegiatan kepramukaan. Pada tahap desain
ini pula peneliti membuat instrumen penelitian yang meliputi angket validasi
untuk ahli materi tematik, angket validasi untuk ahli modul, angket validasi
untuk ahli materi kepramukaan, angket untuk calon pengguna (guru) dan angket
untuk peserta didik.
Tahap ketiga yaitu tahap
pengembangan. Pada
tahap ini peneliti memproduksi dan merevisi modul agar mencapai tujuan
pembelajaran yang ditentukan. Memproduksi modul yang dimaksud adalah
menambahkan media berupa icon atau
karakter cerita, background, serta
pengetahuan kepramukaan agar lebih menarik. Pada tahap pengembangan ini pula dilakukan
validasi kepada ahli modul, ahli materi tematik dan ahli materi kepramukaan. Revisi produk dilakukan untuk
mengetahui kekurangan modul kepada ahli materi tematik, ahli materi kepramukaan
dan ahli modul. Ahli materi tematik, ahli materi kepramukaan dan ahli modul
diberikan sebuah angket berupa penilaian pada modul yang telah dirancang, ahli
juga dapat memberikan komentar dan saran demi perbaikan modul. Nama-nama validator modul
sebagaimana pada tabel 4.
Tabel
4. Nama Validator
Nama
|
Lembaga Asal
|
Sebagai
|
Nury Yuniasih, M.Pd
|
Universitas Kanjuruhan Malang
|
Ahli Modul
|
Denna Delawanti C., M.Pd
|
Universitas Kanjuruhan Malang
|
Ahli Materi Tematik
|
Djuli Arifianto, ST
|
Kwartir Ranting Sukun Malang
|
Ahli Materi Kepramukaan
|
Hasil validasi dari
ahli modul menunjukkan nilai presentase sebesar
91% yang berarti modul layak diujicobakan
dengan revisi dari
segi penataan
modul. Saran
perbaikan dari hasil validasi ahli modul serta revisi dapat dilihat pada
Tabel 5
berikut.
Tabel 5. Revisi Produk oleh Ahli Modul
Sebelum
direvisi
|
Setelah
direvisi
|
Sampul (cover) depan
dengan judul buku yang kurang menarik dan penataan logo dan beberapa
keterangan yang kurang benar.
|
Sampul depan telah berganti dengan judul yang menarik
serta penataan logo serta keterangan lainnya yang sudah benar
|
Pengantar
ditulis “Kata Pengantar” tanpa menuliskan deskripsi batasan pembelajaran pada
modul tersebut.
|
Pengantar
diganti dengan “Prakata” dan dituliskan deskripsi batasan pembelajaran pada
modul
|
Petunjuk Penggunaan
terkesan tidak lengkap dan tidak ada peraturan tambahan untuk pembelajaran
hari ini (today rule).
|
Petunjuk Penggunaan
menjadi lengkap dan terdapat peraturan tambahan untuk pembelajaran hari ini (today
rule)
|
Tujuan Pembelajaran
tanpa indikator
|
Indikator telah ditampilkan sebelum Tujuan Pembelajaran.
|
Today Claps dan Today Yel ditampilkan tanpa judul rubrik
|
Today Claps dan Today Yel ditampilkan dengan judul Ice
Breaking
|
Rubrik Profil hanya
mendeskripsikan satu karakter tokoh
|
Rubrik Profil telah mendeskripsikan seluruh karakter
tokoh
|
Penataan gambar kurang
padat dan tidak dituliskan sumber
|
Penataan gambar menjadi
padat dan dituliskan sumber
|
Beberapa kalimat
penjelasan materi tidak menggunakan callout
|
Beberapa kalimat penjelasan
materi telah menggunakan callout
|
Soal pada Teka-teki Silang
berbeda halaman dengan kotak
|
Soal pada Teka-teki
silang telah menjadi satu dengan kotak
|
Setelah soal evaluasi
belum tertera penilaian
|
Setelah soal evaluasi
telah tertera penilaian
|
Hasil
validasi dari ahli materi tematik menunjukkan nilai presentase sebesar 75% yang
berarti modul cukup layak diujicobakan dengan revisi dari segi materi. Saran
perbaikan dari hasil validasi ahli materi tematik serta revisi dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Revisi Produk oleh Ahli Materi Tematik
Sebelum
direvisi
|
Setelah
direvisi
|
Sebelum direvisi,
Kompetensi Inti (KI ditampilan per mata pelajaran
|
Setelah direvisi, Kompetensi Inti (KI) ditampilkan secara umum
|
Sebelum direvisi, soal
latihan mata pelajaran tidak diberi judul latihan, tetapi langsung instruksi
soal
|
Setelah direvisi, soal latihan mata pelajaran diberi judul latihan dan
instruksi dalam bentuk callout
|
Sebelum direvisi,
beberapa kata yang berbahasa inggris belum dicetak miring (italic)
|
Setelah direvisi, kata yang berbahasa inggris sudah dicetak miring (italic)
|
Hasil
validasi dari ahli materi kepramukaan menunjukkan nilai presentase sebesar 90%
yang berarti modul layak diujicobakan dengan revisi dari segi kepramukaan.
Saran perbaikan dari hasil validasi ahli modul serta revisi dapat dilihat pada
Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Revisi Produk oleh Ahli Materi Kepramukaan
Sebelum
direvisi
|
Setelah
direvisi
|
Sebelum direvisi, pada
rubrik pengetahuan kepramukaan “Do You Know” gambar kurang lengkap dan
belum mewakili contoh TKK.
|
Setelah direvisi, pada rubrik pengetahuan kepramukaan
“Do You Know” gambar cukup lengkap dan telah mewakili contoh TKK.
|
Sebelum direvisi, tempat
menjawab Game 2 yang bertuliskan
“letakkan” adalah kurang tepat
|
Setelah direvisi, kata “letakkan” telah diganti
menjadi “tulislah”
|
Tahap
keempat yaitu tahap implementasi. Pada tahap ini peneliti melakukan ujicoba modul pada lapangan terbatas
yang terdiri dari 9 peserta didik kelas IV dipilih secara acak (random). Implementasi dilaksanakan pada
SDN Bandungrejosari 03 Kota Malang pada hari Selasa, tanggal 15 Mei 2018. Pada saat penelitian,
peneliti juga memberikan angket kepada guru dan peserta didik untuk mendapatkan
nilai respon dari calon pengguna. Hasil nilai dari guru menunjukkan presentase
sebesar 92% yang berarti modul praktis digunakan menurut guru. Saran perbaikan
dari guru yaitu modul sudah bagus namun harus dibenahi angka yang tepat pada
materi matematika. Hasil nilai dari peserta didik pada uji lapangan terbatas
menunjukkan rata-rata presentase sebesar 95% yang berarti modul praktis
digunakan menurut peserta didik. Saran perbaikan dari peserta didik antara lain
: peserta didik menyukai gambar, menyukai model soal, menyukai metode yang
digunakan, menyukai permainan dalam modul dan menyukai pengetahuan yang tersaji
dalam modul.
Penilaian modul tematik
berbasis kepramukaan telah melalui tahap validasi oleh ahli modul, ahli tematik
dan ahli materi kepramukaan, serta telah dinilai oleh calon pengguna atau guru
kelas IV SDN Bandungrejosari 03. Hasil uji coba yang terakhir yaitu dilakukan pada peserta didik.
Penilaian modul secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8. Penilaian Akhir Kualitas Modul
No.
|
Penilaian kualitas modul
|
Presentase
|
1
|
Ahli Modul
|
91%
|
2
|
Ahli
Materi Tematik
|
75%
|
3
|
Ahli Materi Kepramukaan
|
90%
|
4
|
Guru
Kelas IV
|
92%
|
5
|
Peserta didik Kelas
IV
|
95%
|
Rata-rata Presentase
|
89%
|
|
Berdasarkan tabel di atas bahwa
modul tematik berbasis kepramukaan setelah melalui beberapa tahapan mulai dari
validasi ahli modul mendapatkan presentase 91% dalam kategori “Layak”. Validasi
ahli materi tematik mendapatkan presentase 75% dalam kategori “Layak”. Validasi
ahli materi kepramukaan mendapatkan presentase 90% dalam kategori “Layak”.
Penilaian oleh calon pengguna atau guru kelas IV mendapatkan presentase 92% dalam kategori “Sangat
Baik”. Penilaian oleh peserta didik mendapatkan presentase 95% dalam kategori
“Sangat Baik”. Rata-rata penilaian secara keseluruhan mendapatkan presentase 89% dalam kategori “Layak” dan “Sangat Baik”,
sehingga modul dapat dipergunakan dalam pembelajaran.
Tahap terakhir yaitu
tahap evaluasi. Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa revisi yaitu
perbaikan penulisan modul tematik berbasis kepramukaan karena masih ada
beberapa penulisan setelah produk diimplemetasikan yang perlu diperbaiki oleh
penulis.
KESIMPULAN
Penelitian
ini telah menghasilkan suatu produk berupa modul tematik berbasis kepramukaan
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar pada Tema Berbagai Pekerjaan Subtema
Jenis-jenis Pekerjaan Pembelajaran Jujur dalam bekerja. Yang dkembangkan
berdasarkan metode penelitian ADDIE (Analysis, Design, Develop,
Impementation and Evaluation). Modul yang dikembangkan dalam penelitian ini
dikategorikan valid dan praktis digunakan dalam pembelajaran.
Kevalidan dibuktikan dari hasil penilaian validator bahwa semua validator
menyatakan hasil yang baik pada ketiga aspek, yaitu modul, materi tematik dan materi kepramukaan. Kepraktisan dibuktikan dari penilaian calon pengguna yaitu
guru dan peserta didik pada uji lapangan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsini. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Kahono. 2010. Pramuka
Membentuk Karakter Generasi Muda. Bandung: Puri Pustaka
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 63 tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Menengah. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (Online). (https://simpuh.kemenag.go.id), diakses 4 Maret
2018.
Jalaludin, dkk. 2011. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat dan Pendidikan.
Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Maidah, Arshy Al. 2015. Pengembangan Modul Tematik Sebagai Penunjang Bahan Ajar Siswa Kelas 1
Sekolah Dasar Negeri Patuk 1 Gunungkidul. Skripsi. (Online). (http://eprints.uny.ac.id/) diakses
27 September 2017.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Susilo, dkk. 2014. Pengembangan
Modul Berbasis Pembelajaran Saintifik Untuk Peningkatan Kemampuan Mencipta
Siswa Dalam Proses Pebelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI1 SMAN 1 Slogohimo.
Skripsi. (Online). (http://journals.ums.ac.id/index.php/jpis/article/download/2127) diakses 23 September 2017.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Referensi HAM. (Online). (http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional), diakses 4 Maret
2018.
Warda, Zahrotul. 2015. Pengembangan Modul Tematik Bahasa Indonesia berbasis PAKEM pada materi
Peristiwa Untuk Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Kelas V MI Hidayatul
Mubtadiin Bumiayu Malang. Skripsi. (Online).
(http://etheses.uin-malang.ac.id/2920/1/11140080.pdf) diakses
4 Maret
2018.
Widoyoko. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yulianti, Ulfah. 2016. Pendidikan Karakter Melalui Kepramukaan di
MIN Wirasaba Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Naskah Publikasi. (Online). (http://repository.iainpurwokerto.ac.id/400/1/COVER_BAB%20I_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf ) diakses 4 Maret 2018.
Yusinta, dkk. 2016. Pengembangan
Bahan Ajar Tematik-Integratif Berbasis Nilai Karakter Peduli Lingkungan dan
Tanggungjawab. Artikel Jurnal. (Online).
(https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/10737) diakses
4 Maret
2018.

No comments:
Post a Comment